Minggu, 28 Oktober 2012
Perkembangan Seni Budaya Peningalan Abasiah Tentang Seni Arsitektur
SENI ARSITEKSTUR PENINGALAN ABAISAH
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat,perkembangan arsitektur islam di jazirah
arab mulai disebarkan keluar dari jazirah arab oleh khalifah-khalifah
islam.
berikut sejarah perkembangan arsitektur islam di jazirah arab :
berikut sejarah perkembangan arsitektur islam di jazirah arab :
1.Masa
Dinasti Umayyah
Ibukota:
Damaskus
Negara
:
Syria/Suriah
Sejarah
mencatat bahwa kemajuan umat
Islam dalam bidang ilmu dan seni arsitektur Islam telah dimulai semenjak
Dinasti Umayyah memegang tampuk kekuasaan dalam kekhalifahan Islam.
Perkembangan seni arsitektur Islam pada masa ini bermula ketika Muawiyah
bin
Abu Sufyan (602-680 M) pendiri Dinasti Umayyah mengumumkan sistem
pemerintahannya sebagai kerajaan. Keputusan perubahan sistem
pemerintahan ini
ikut mengubah sendi kehidupan lain, dari cara berpakaian hingga tempat
tinggal
(istana).Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada
bangunan dan tempat penting yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab
yang
sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana, masjid, dan benteng)
pada masa
Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah bercampur dengan corak
Romawi (Bizantium).Pada
masa ini, mulail diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Untuk
pembangunan tempat ini, pemerintah saat itu menyiapkan anggaran khusus.
Para
Khalifah Umayyah di Damaskus dikenal sangat royal dalam mengusahakan
tempat
seperti ini.Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga
membangun
tempat peristirahatan bagi para pemburu di padang pasir yang dikenal
dengan
sebutan Karavanserai.Pada saat Khalifah Umayyah yang paling berpengaruh
berkuasa, Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M) mulai
memperkenalkan
konsep kubah pada arsitektur masjid. Pada masa itu, ia membangun kubah
Masjid
Al-Aqsha.
Konsep kubah ini merupakan adopsi dari bangunan katedral Kristen Ortodoks pada masa Bizantium.Perpaduan arsitektur Islam dengan arsitektur Kristen Eropa tidak, jarang pula dilakukan dengan mengadaptasi dari bangunan yang telah ada sebelumnya. Misalnya, mengubah Gereja Santo Johannes sebagai peninggalan Bizantium menjadi Masjid Agung Damaskus
yang
dilakukan
pada masa Umayyah. Meski terjadi peralihan fungsi bangunan, corak
katedral,
seperti mosaik pada bagian muka bangunan ini, tetap dipertahankan hingga
kini.
2.Masa
Dinasti
Abbasiyah
Ibukota:
Baghdad
Negara
:
Iraq
perkembangan
arsitektur Islam pada masa
Abbasiyah bermula sekitar abad ke-II. Dinasti yang berkuasa di Baghdad
selama
500 tahun ini meninggalkan warisan budaya, terutama dalam bidang
arsitektur
Islam yang mengagumkan. Salah satu ciri pembeda arsitektur Abbasiyah dan
Umayyah adalah pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak
Arab-Romawi,
sedangkan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.Pada era
itu,
perkembangan arsitektur Islam yang begitu besar terlihat pada penggunaan
teknik
bahan batu bata dan seni arsitektur Persia yang diterapkan pada bentuk
lengkung
iwan, yakni ruang beratap atau berkubah yang terbuka pada salah satu
pinggirnya. Selain itu, perkembangannya juga tampak pada cara
pengembangan
bangunan lain yang menjadi bangunan fasilitas, seperti istana dan
bangunan
untuk kepentingan sosial.Salah satu contoh arsitektur masjid yang
dibangun pada
era itu adalah masjid jami di Isfahan.
Pola
perencanaannya
terdiri atas penampilan pemakaian lengkung-lengkung iwan sebagai
bentuk keseluruhan. Kelengkapan bangunan yang sangat menonjol adalah
menara.Selain itu, bangunan masjid pada masa ini berbentuk oval dengan
tiang
besar dan dindingnya penuh dengan warna serta kaligrafi. Ini berbeda
sekali
dengan arsitektur masjid di masa Umayyah yang mengedepankan corak
katedral
(renovasi dari katedral ataupun bangunan baru) dan persegi mirip Ka’bah.
Bangunan
lain
yang menunjukkan perkembangan arsitektur Islam pada masa itu adalah
Istana
Baghdad. Keunikan dan kekhususan dari arsitektur bangunan istana itu
tampak
pada penerapan hiasan muqamas atau stalaktit seperti yang diterapkan
pada
bangunan-bangunan kuburan. Susunan hiasan stalaktit ini digabungkan
menjadi
lengkung stalaktit yang lebih besar.
3.Masa Utsmaniyah
ibukota:
Istanbul
Negara
:
Turkey
Kerajaan
Usmani (1300-1922) meninggalkan
khazanah arsitektur yang kaya, mulai dan istana, benteng, masjid, hingga
makam.
Pada masa ini, bangunan-bangunan yang berdiri umumnya menampilkan corak
yang
sedikit berbeda dan arsitektur sebelumnya.Istanbul (Turki) sebagai pusat
pemerintahan kerajaan memiliki ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya
hampir
seragam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya yang indah
yang
dikelilingi menara tinggi. Selain tipe masjid-kubah, umat islam pada
zaman
Usmani menampilkan tipe masjid lapangan dan masjid madrasah.Istana yang
menjadi
tempat kediaman resmi raja-raja Usmani disebut Topkapi
yang
digunakan hanya dari tahun 1465 hingga
1835 M. Bangunan ini sangat megah. Dinding pada ruang tertentu dilapisi
emas
dengan ukiran arabesk (motif daun, cabang, dan pohon) dan gaya Eropa
yang
kental. Di samping istana, terdapat rumah sederhana, namun apik bagi
harem sang
khalifah. Pada tahun 1835, raja Usmani tidak lagi mendiami Topkapi,
tetapi
pindah ke Dolmabache yang berarsitektur lebih modern dan mewah.Hal baru
dalam
rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah munculnya
perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani,
yaitu
Sinan. Ia dipercaya telah merancang sekitar 300 gedung penting selama
hidupnya.
Selain masjid, Sinan juga merancang bangunan istana, kantor kerajaan,
dan makam
tokoh-tokoh penting. Dia adalah arsitek resmi Kerajaan Usmani dan
posisinya
sejajar dengan menteri.Karya terbesar Sinan adalah Masjid Agung Sulaiman
di
Istanbul
’'Ornamen-ornamen dalam museum Aya sofia
yang masih terdapat ciri
khas dari gereja pada masa Bizantium’’
Altar dan perabotan-perabotan lain yang
dianggap tidak perlu,
juga dihilangkan. Begitu pula patung-patung yang ada dan
lukisan-lukisannya
sudah dicopot atau ditutupi cat. Lantas selama hampir 500 tahun bangunan
bekas
Gereja Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid.Akibat adanya kontak budaya
antara
orang-orang Turki yang beragama Islam dengan budaya Nasrani Eropa,
akhirnya
arsitektur masjid yang semula mengenal atap rata dan bentuk kubah,
kemudian
mulai mengenal atap meruncing.Setelah mengenal bentuk atap meruncing
inilah
merupakan titik awal dari pengembangan bangunan masjid yang bersifat
megah,
berkesan perkasa dan vertikal. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya
gaya
baru dalam penampilan masjid, yaitu pengembangan lengkungan-lengkungan
pada
pintu-pintu masuk, untuk memperoleh kesan ruang yang lebih luas dan
tinggi. Salah satu masjid yang gaya arsitekturnya banyak ditiru oleh
para
arsitek Muslim dalam membangun masjid di berbagai wilayah kekuasaan
Islam
adalah Masjid Aya Sofia di Istanbul.Saat kebudayaan Islam bersentuhan
dengan
kebudayaan Eropa di Kerajaan Romawi Timur (Bizantium/Konstantinopel)
pada abad
ke-11, arsitektur Islam juga menimba teknik dan bentuk arsitektur Eropa,
yang
tumbuh dari arsitektur Yunani dan Romawi.Aarsitektur Islam yang semula
hanya
mengenal atap bangunan rata dan bentuk kubah, kemudian mulai mengenal
atap
meruncing ke atas. Selain itu, sejak bersentuhan dengan kebudayaan
Kerajaan
Romawi Timur ini juga, arsitektur Islam mulai mengenal arsitektur yang
bersifat
megah, berkesan perkasa, dan vertikalisme.walaupun sebenarnya bangunan
mesjid yang terlalu megah/mewah tidak sesuai dengan KONSEP
dan FILISOFI Arsitektur Islam tetapi pada masa dinasti Utsmaniah
ini banyak bangunan yang mesjid yang dibangun secara besar-besaran
mengadopsi gaya arsitektur sebelumnya.
Langganan:
Postingan (Atom)